INTISARI: Pemenuhan suatu bibit tanaman jati dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu secara generatif mengunakan biji dan vegetatif mengunakan stek pucuk.
Pengelolaan hutan rakyat di Gunungkidul yang dilakukan oleh masyarakat masih
secara tradisional yaitu mengunakan materi generatif. Hal ini menyebabkan
kurangnya produktivitas hutan rakyat, sehingga perlu dilakukan penelitian ini yang
bertujuan Mengetahui persen hidup jati dengan bibit generatif ( biasa) dibandingkan
dengan bibit unggul wanagama dari vegetatif (stek pucuk.) dan membandingkan
pertumbuhan jati pada tiga zona di Gunungkidul.
Penelitian ini dilakukan pada tiga zona di Gunungkidul yaitu zona utara di
desa Katongan, zona tengah di desa Dengok dan zona selatan di desa Jepitu pada
bulan Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil Data primer
diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan baik tinggi dan diameter pohon,
kandungan N, P, K dan solum tanah. Dan data sekunder diperoleh dengan
mengumpulkan informasi mengenai : curah hujan dan karakter batuan yang berasal
dari BPS. Analisa data untuk variable tinggi dan diameter tanaman mengunakan
metode analisis deskriptif kuantitatif yang memberikan penjelasan dan gambaran
yang lengkap mengenai persen hidup dan pertumbuhan tanaman jati pada tiga zona
di Gunungkidul
Hasil penelitian ini memberikan informasi pertumbuhan jati dari materi
vegetatif (stek pucuk) dibandingkan dari materi generatif (biji) lebih unggul dari
segi pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman sehingga pemilihan jati dari stek
pucuk dalam perkembangan hutan rakyat di Gunungkidul dapat dijadikan suatu
solusi dalam permasalahan produktivitas pada hutan rakyat di Gunungkidul
Khususnya tanaman jati.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar