Selasa, 29 Desember 2015

TANAM.JATI

INTISARI: Pemenuhan suatu bibit tanaman jati dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu secara generatif mengunakan biji dan vegetatif mengunakan stek pucuk. Pengelolaan hutan rakyat di Gunungkidul yang dilakukan oleh masyarakat masih secara tradisional yaitu mengunakan materi generatif. Hal ini menyebabkan kurangnya produktivitas hutan rakyat, sehingga perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan Mengetahui persen hidup jati dengan bibit generatif ( biasa) dibandingkan dengan bibit unggul wanagama dari vegetatif (stek pucuk.) dan membandingkan pertumbuhan jati pada tiga zona di Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan pada tiga zona di Gunungkidul yaitu zona utara di desa Katongan, zona tengah di desa Dengok dan zona selatan di desa Jepitu pada bulan Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil Data primer diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan baik tinggi dan diameter pohon, kandungan N, P, K dan solum tanah. Dan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi mengenai : curah hujan dan karakter batuan yang berasal dari BPS. Analisa data untuk variable tinggi dan diameter tanaman mengunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yang memberikan penjelasan dan gambaran yang lengkap mengenai persen hidup dan pertumbuhan tanaman jati pada tiga zona di Gunungkidul Hasil penelitian ini memberikan informasi pertumbuhan jati dari materi vegetatif (stek pucuk) dibandingkan dari materi generatif (biji) lebih unggul dari segi pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman sehingga pemilihan jati dari stek pucuk dalam perkembangan hutan rakyat di Gunungkidul dapat dijadikan suatu solusi dalam permasalahan produktivitas pada hutan rakyat di Gunungkidul Khususnya tanaman jati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar