Selasa, 29 Desember 2015

ANALISA BIAYA JATI SOLOMON KULTUR JARINGAN

Perkiraan biaya per hektar dalam 6 tahun pertama, bila 1 hektar ditanam 1.000 pohon.
Beli Bibit 1000 x Rp.10.000**,-/pohon                       = Rp 10.000.000,-
Pupuk & Obat-obatan 1000 x Rp. 4.000,-/pohon    = Rp. 4.000.000,-
Biaya Tanam 1000 x Rp. 500,-/pohon                          = Rp. 500.000,-
Biaya pemeliharaan selama 6 tahun                                = Rp.18.000.000,-
JUMLAH BIAYA Rp.37.000.000,-
Perkiraan hasil kayu (Jati muda) setelah 6 tahun pertama:
500 pohon x 0,25m³ = 125m³ nilai 125m³ x Rp.5 juta,- = Rp. 750 juta,-
Perkiraan hasil kayu dari sisa penjarangan setelah berusia 15 tahun :
500 pohon x 1,25m³ = 750m³ nilai 750m³ x Rp. 8 juta,-/m³ = Rp. 6,000 milyar,-

 

Tanaman Jati Solomon

Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan sub tropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Tanaman jati yang tumbuh di indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. (Sumarna,2003).

a. Klasifikasi

Menurut Sumarna (2003), sistem klasifikasi tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species : Tectona Grandis Linn.f

2. Ciri-ciri Botani

Menurut Atmosuseno dan Khaerudin (1996), ciri-ciri botani tanaman jati adalah sebagai berikut :

  • Warna kayu terasnya cokelat muda, cokelat kelabu sampai cokelat merah tua, atau merah cokelat. Adapun warna kayu gubalnya putih atau kelabu kekuningan. Daun berukuran lebar dan sedikit berbulu.
  • Pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang bebas cabang antara 15-20 m dan diameter mencapai 50-220 cm. Bentuk batang tidak teratur dan beralur. Batang pohon jati yang sudah masa tebang apabila dipotong secara melintang akan terlihat beralur-alur artistik dalam kayunya yang kita kenal dengan istilah lingkaran tahun.
  • Umumnya pada bulan Oktober – juni, pohon jati mulai berbunga. Buah masak pada bulan Juli – Desember. Biji jati termasuk mempunyai daya kecambah rendah, hanya sekitar 35 – 58%. Jumlah biji kering per Kg sekitar 1.500 butir.
Ciri-ciri Jati menurut Hardjodarsono (1976) adalah sebagai berikut :
  •  Bentuk pohon besar pada umur 100 tahun dengan tinggi 25-50 meter menurut bonitsit
  •  Batang dapat bulat dan lurus apabila tumbuh ditempat yang subur, tapi pada tanah-tanah yang kurang subur dan tegakan yang kurang rapat serta akibat dari kebakaran dan pengembalaan mempunyai kecenderungan untuk melengkung. Batang-batang yang besar biasanya menunjukkan penampang yang tidak rata.
  • Tajuk tidak beraturan, berbentuk bulat telur, terpasang agak rendah di tegakan-tegakan yang kurang rapat.
  • Bentuk dahan bengkok-bengkok dan berlekuk-lekuk, bercabang banyak dengan ranting-ranting yang kasar, berpenampang empat persegi dan berbulu banyak. 
  • Daun berhadapan, berpucuk lancip dan bertangkai pendek. Bagian atas hijau kasar, bagian bawah daun hijau kekuning-kuningan, berbulu halus. Dengan diantaranya rambut-rambut kelenjar merah mengembung, kalau dirusak daunnya menjadi merah. 

  • Susunan bunga banyak terminal, bulir-bulir bercabang tersusun, berbulu halus, panjang 40-70 cm dan lebar 55-80 cm dengan banyak sekali bunga-bunga kecil, putih, berkelamin dua. Pada musim berbunga menyebabkan tajuk berwarna keputih-putihan.
  • Buahnya berkulit keras, bulat agak berkeping dengan garis tengah 5-34 mm dengan inti beruang 3, 4, 6, atau 7 berwarna putih dan sangat keras. Pada dasanya terdapat 4 lubang kecil yaitu ujung alur-alur inti yang menyatu di tengah-tengah inti. Biasanya buah berbenih satu, jarang berbenih dua dan hampir tidak pernah berbenih tiga atau empat. Buahnya masak dalam musim kering yang berikutnya dan jatuh pada musim kemarau atau pada awal musim hujan berikutnya, hasil biasanya banyak tapi tidak sama tiap tahunnya.
  • Pembungaan biasanya tiap tahun berbunga dengan lebat mulai pada awal musim hujan, dan bila air cukup dapat berbunga di musim kering (didaerah aliran sungai).
  • Susunan akar di waktu muda bisa dikatakan cepat pertumbuhannya, dalam hal ini jati termasuk jenis cepat tumbuhnya. Tidak lama akar tunggangnya bercabang-cabang sehingga akar pokok tidak nyata lagi. Akar-akar yang tumbuh ke samping membuat cabang-cabang pula yang arahnya tegak lurus ke bawah. Bila keadaan tanahnya baik (aerasi baik, tanahnya, air tanah dalam) susunan akar dapat mencapai 1,5 – 2 m, kadang-kadang 3 m kedalamnya. Apabila tanah dalam keadaan tidak baik, susunan akarnya dangkal sekitar 70 – 80 cm. 
  • Kulit kayu cokelat kuning keabuan, pecah-pecah menurut alur memanjang, lepas bersisik. Penampang berlapis, cokelat keabuan, hijau daun dan lentisel-lentisel tidak kelihatan.

Menurut Poerwowidodo (1990), struktur hutan alam jati terdiri atas beberapa lapisan tajuk, yaitu :
  • Lapisan pertama terdiri dari tumbuhan pohon yang selalu hijau.
  • Lapisan kedua dan ketiga terdiri dari tumbuhan pohon yang menggugurkan daun di musim kemarau.
  • Lapisan keempat terdiri dari tumbuhan semak.
  • Lapisan kelima berupa tumbuhan permukaan tanah, termasuk semai-semai tumbuhan.
  Kami Meyediyakan Bibit Jati Solomon Super Bisa infoo 082337421173

TANAM.JATI

INTISARI: Pemenuhan suatu bibit tanaman jati dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu secara generatif mengunakan biji dan vegetatif mengunakan stek pucuk. Pengelolaan hutan rakyat di Gunungkidul yang dilakukan oleh masyarakat masih secara tradisional yaitu mengunakan materi generatif. Hal ini menyebabkan kurangnya produktivitas hutan rakyat, sehingga perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan Mengetahui persen hidup jati dengan bibit generatif ( biasa) dibandingkan dengan bibit unggul wanagama dari vegetatif (stek pucuk.) dan membandingkan pertumbuhan jati pada tiga zona di Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan pada tiga zona di Gunungkidul yaitu zona utara di desa Katongan, zona tengah di desa Dengok dan zona selatan di desa Jepitu pada bulan Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil Data primer diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan baik tinggi dan diameter pohon, kandungan N, P, K dan solum tanah. Dan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi mengenai : curah hujan dan karakter batuan yang berasal dari BPS. Analisa data untuk variable tinggi dan diameter tanaman mengunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yang memberikan penjelasan dan gambaran yang lengkap mengenai persen hidup dan pertumbuhan tanaman jati pada tiga zona di Gunungkidul Hasil penelitian ini memberikan informasi pertumbuhan jati dari materi vegetatif (stek pucuk) dibandingkan dari materi generatif (biji) lebih unggul dari segi pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman sehingga pemilihan jati dari stek pucuk dalam perkembangan hutan rakyat di Gunungkidul dapat dijadikan suatu solusi dalam permasalahan produktivitas pada hutan rakyat di Gunungkidul Khususnya tanaman jati.