JATI SOLOMON SUPER
Kamis, 12 Mei 2016
PUCUK JATI - Bojonegoro | Tokopedia
PUCUK JATI - Bojonegoro | Tokopedia: Belanja online aman dan nyaman dari PUCUK JATI - Kami Pasti Bisa
Minggu, 10 Januari 2016
CABAI SETEK
Bibit Cabai Setek

Rp 7000
Meyediyakan Bibit Cabai Unik hasil dari Setek Mudah dan Cepat Berbuah Bisa buat di halaman rumah setok Redy infoo 082337421173 pin bb oke...
JATI SETEK PUCUK
JATI SETEK PUCUK

Rp 3750
Tersedia Bibit Jati Setek Pucuk Super Murah hargga sangat terjangko siap antar sampai tujuan ...
Selasa, 29 Desember 2015
ANALISA BIAYA JATI SOLOMON KULTUR JARINGAN
Perkiraan biaya per hektar dalam 6 tahun pertama, bila 1 hektar ditanam 1.000 pohon.
Beli Bibit 1000 x Rp.10.000**,-/pohon = Rp 10.000.000,-
Pupuk & Obat-obatan 1000 x Rp. 4.000,-/pohon = Rp. 4.000.000,-
Biaya Tanam 1000 x Rp. 500,-/pohon = Rp. 500.000,-
Biaya pemeliharaan selama 6 tahun = Rp.18.000.000,-
JUMLAH BIAYA Rp.37.000.000,-
Perkiraan hasil kayu (Jati muda) setelah 6 tahun pertama:
500 pohon x 0,25m³ = 125m³ nilai 125m³ x Rp.5 juta,- = Rp. 750 juta,-
Perkiraan hasil kayu dari sisa penjarangan setelah berusia 15 tahun :
500 pohon x 1,25m³ = 750m³ nilai 750m³ x Rp. 8 juta,-/m³ = Rp. 6,000 milyar,-
Beli Bibit 1000 x Rp.10.000**,-/pohon = Rp 10.000.000,-
Pupuk & Obat-obatan 1000 x Rp. 4.000,-/pohon = Rp. 4.000.000,-
Biaya Tanam 1000 x Rp. 500,-/pohon = Rp. 500.000,-
Biaya pemeliharaan selama 6 tahun = Rp.18.000.000,-
JUMLAH BIAYA Rp.37.000.000,-
Perkiraan hasil kayu (Jati muda) setelah 6 tahun pertama:
500 pohon x 0,25m³ = 125m³ nilai 125m³ x Rp.5 juta,- = Rp. 750 juta,-
Perkiraan hasil kayu dari sisa penjarangan setelah berusia 15 tahun :
500 pohon x 1,25m³ = 750m³ nilai 750m³ x Rp. 8 juta,-/m³ = Rp. 6,000 milyar,-

Tanaman Jati Solomon
Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan sub tropika yang sejak abad
ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan
bernilai jual tinggi. Tanaman jati yang tumbuh di indonesia berasal dari
India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f.
(Sumarna,2003).
a. Klasifikasi
Menurut Sumarna (2003), sistem klasifikasi tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Species : Tectona Grandis Linn.f
2. Ciri-ciri Botani
Menurut Atmosuseno dan Khaerudin (1996), ciri-ciri botani tanaman jati
adalah sebagai berikut :
- Warna kayu terasnya cokelat muda, cokelat kelabu sampai cokelat merah tua, atau merah cokelat. Adapun warna kayu gubalnya putih atau kelabu kekuningan. Daun berukuran lebar dan sedikit berbulu.
- Pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang bebas cabang antara 15-20 m dan diameter mencapai 50-220 cm. Bentuk batang tidak teratur dan beralur. Batang pohon jati yang sudah masa tebang apabila dipotong secara melintang akan terlihat beralur-alur artistik dalam kayunya yang kita kenal dengan istilah lingkaran tahun.
- Umumnya pada bulan Oktober – juni, pohon jati mulai berbunga. Buah masak pada bulan Juli – Desember. Biji jati termasuk mempunyai daya kecambah rendah, hanya sekitar 35 – 58%. Jumlah biji kering per Kg sekitar 1.500 butir.
Ciri-ciri Jati menurut Hardjodarsono (1976) adalah sebagai berikut :
- Bentuk pohon besar pada umur 100 tahun dengan tinggi 25-50 meter menurut bonitsit
- Batang dapat bulat dan lurus apabila tumbuh ditempat yang subur, tapi pada tanah-tanah yang kurang subur dan tegakan yang kurang rapat serta akibat dari kebakaran dan pengembalaan mempunyai kecenderungan untuk melengkung. Batang-batang yang besar biasanya menunjukkan penampang yang tidak rata.
- Tajuk tidak beraturan, berbentuk bulat telur, terpasang agak rendah di tegakan-tegakan yang kurang rapat.
- Bentuk dahan bengkok-bengkok dan berlekuk-lekuk, bercabang banyak dengan ranting-ranting yang kasar, berpenampang empat persegi dan berbulu banyak.
- Daun berhadapan, berpucuk lancip dan bertangkai pendek. Bagian atas hijau kasar, bagian bawah daun hijau kekuning-kuningan, berbulu halus. Dengan diantaranya rambut-rambut kelenjar merah mengembung, kalau dirusak daunnya menjadi merah.
- Susunan bunga banyak terminal, bulir-bulir bercabang tersusun,
berbulu halus, panjang 40-70 cm dan lebar 55-80 cm dengan banyak sekali
bunga-bunga kecil, putih, berkelamin dua. Pada musim berbunga
menyebabkan tajuk berwarna keputih-putihan.
- Buahnya berkulit keras, bulat agak berkeping dengan garis tengah 5-34 mm dengan inti beruang 3, 4, 6, atau 7 berwarna putih dan sangat keras. Pada dasanya terdapat 4 lubang kecil yaitu ujung alur-alur inti yang menyatu di tengah-tengah inti. Biasanya buah berbenih satu, jarang berbenih dua dan hampir tidak pernah berbenih tiga atau empat. Buahnya masak dalam musim kering yang berikutnya dan jatuh pada musim kemarau atau pada awal musim hujan berikutnya, hasil biasanya banyak tapi tidak sama tiap tahunnya.
- Pembungaan biasanya tiap tahun berbunga dengan lebat mulai pada awal musim hujan, dan bila air cukup dapat berbunga di musim kering (didaerah aliran sungai).
- Susunan akar di waktu muda bisa dikatakan cepat pertumbuhannya, dalam hal ini jati termasuk jenis cepat tumbuhnya. Tidak lama akar tunggangnya bercabang-cabang sehingga akar pokok tidak nyata lagi. Akar-akar yang tumbuh ke samping membuat cabang-cabang pula yang arahnya tegak lurus ke bawah. Bila keadaan tanahnya baik (aerasi baik, tanahnya, air tanah dalam) susunan akar dapat mencapai 1,5 – 2 m, kadang-kadang 3 m kedalamnya. Apabila tanah dalam keadaan tidak baik, susunan akarnya dangkal sekitar 70 – 80 cm.
- Kulit kayu cokelat kuning keabuan, pecah-pecah menurut alur memanjang, lepas bersisik. Penampang berlapis, cokelat keabuan, hijau daun dan lentisel-lentisel tidak kelihatan.
Menurut Poerwowidodo (1990), struktur hutan alam jati terdiri atas beberapa lapisan tajuk, yaitu :
- Lapisan pertama terdiri dari tumbuhan pohon yang selalu hijau.
- Lapisan kedua dan ketiga terdiri dari tumbuhan pohon yang menggugurkan daun di musim kemarau.
- Lapisan keempat terdiri dari tumbuhan semak.
- Lapisan kelima berupa tumbuhan permukaan tanah, termasuk semai-semai tumbuhan.
TANAM.JATI
INTISARI: Pemenuhan suatu bibit tanaman jati dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu secara generatif mengunakan biji dan vegetatif mengunakan stek pucuk.
Pengelolaan hutan rakyat di Gunungkidul yang dilakukan oleh masyarakat masih
secara tradisional yaitu mengunakan materi generatif. Hal ini menyebabkan
kurangnya produktivitas hutan rakyat, sehingga perlu dilakukan penelitian ini yang
bertujuan Mengetahui persen hidup jati dengan bibit generatif ( biasa) dibandingkan
dengan bibit unggul wanagama dari vegetatif (stek pucuk.) dan membandingkan
pertumbuhan jati pada tiga zona di Gunungkidul.
Penelitian ini dilakukan pada tiga zona di Gunungkidul yaitu zona utara di
desa Katongan, zona tengah di desa Dengok dan zona selatan di desa Jepitu pada
bulan Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil Data primer
diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan baik tinggi dan diameter pohon,
kandungan N, P, K dan solum tanah. Dan data sekunder diperoleh dengan
mengumpulkan informasi mengenai : curah hujan dan karakter batuan yang berasal
dari BPS. Analisa data untuk variable tinggi dan diameter tanaman mengunakan
metode analisis deskriptif kuantitatif yang memberikan penjelasan dan gambaran
yang lengkap mengenai persen hidup dan pertumbuhan tanaman jati pada tiga zona
di Gunungkidul
Hasil penelitian ini memberikan informasi pertumbuhan jati dari materi
vegetatif (stek pucuk) dibandingkan dari materi generatif (biji) lebih unggul dari
segi pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman sehingga pemilihan jati dari stek
pucuk dalam perkembangan hutan rakyat di Gunungkidul dapat dijadikan suatu
solusi dalam permasalahan produktivitas pada hutan rakyat di Gunungkidul
Khususnya tanaman jati.
Langganan:
Postingan (Atom)